Deputi Badan Amil Zakat Nasional atau
Baznas, Arifin Purwakananta tidak khawatir dengan kebijakan
pemerintah Myanmar saat ini yang telah memblokade seluruh bantuan dari
negara-negara lain. Menurutnya, sejauh ini Baznas tidak pernah mengalami kesulitan
untuk masuk ke Myanmar membantu para korban konflik etnis Muslim Rohingya.
"Kami menyalurkan bantuan melalui
atau berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, bersama-sama Aliansi
Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) dan di sana kami sudah turun
bekerja sama dengan mitra di sana. Jadi kebetulan kalau Baznas tidak
ada kesulitan ya," kata Arifin di kantor Baznas, Jakarta Pusat, Senin
4 September 2017.
Arifin mengakui, untuk masuk ke
Rakhine, Myanmar, saat ini bukan lah hal yang mudah. Namun demikian,
Baznas mencoba menyiasati masuk ke Myanmar dengan cara tidak menyasar
Rakhine, lokasi etnis Rohingya, secara langsung.
Dia mengatakan, memang dalam konteks
geopolitik dan perkembangan terkini di Myanmar, untuk menembus ke
Rakhine memang sulit. Untuk itu, Baznas berupaya mencari alternatif lain
agar bisa ditembus oleh Kementerian Luar Negeri.
“Ya, mungkin karena menteri (menlu)
kita seorang wanita dan penguasa Myanmar itu seorang wanita juga, dan lain
sebagainya, mungkin juga pemerintah Indonesia melakukan pendekatan-pendekatan
yang mudah ditembus. Misalnya tidak melakukan pendekatan dengan penekanan
mungkin, tapi fokus pada kemanusiaannya," ujar Arifin.
Myanmar telah memblokir semua bantuan
dari badan PBB yang selama ini memberikan pasokan makanan, air, dan obat-obatan
kepada ribuan warga sipil yang putus asa di tengah kampanye militer berdarah di
Myanmar.
Menurut Kantor Koordinator PBB di
Myanmar, pengiriman bantuan ditangguhkan karena alasan keamanan dan adanya
larangan kunjungan oleh pemerintah. Pihak berwenang juga tidak memberikan izin
operasi kepada badan bantuan, sehingga pengiriman pun terpaksa tertunda.
surat edaran baznas
Ayo salurkan Donasi anda